Masyarakat Palu “Ketakutan” Di Tanah Sendiri
Sumber Foto : http://catatanposo.blogdetik.com/2007/11/page/2/
Tidak terhitung lagi banyaknya bentrok
antarwarga yang terjadi di kota Palu, Sulawesi Tengah saking banyaknya. Salah
satunya yang masih melekat erat diingatan masyarakat kota palu yaitu bentrok
antarawarga kelurahan Nunu dan kelurahan Tavanjuka sekitar tahun 2012 silam
telah terjadi bentrok antarwarga, dalam bentrok ini banyak orang-orang tidak
bersalah menjadi korbannya salah satunya, Syarif seorang warga kelurahan Nunu
yang rumahnya dibakar oleh orang yang tidak dikenal tidak hanya rumah Syarif,
tapi rumah tetangganya pun ikut terbakar kejadian itu terjadi sekitar pukul
03.00 Wita. Sejumlah warga Nunu yang kebetulan sedang ronda sempat
melihat api berkobar di rumah Syarif
dan tetangganya. Sebagian berusaha membantu memadamkan
api, sedangkan yang lain mengejar pelaku yang melarikan diri menuju Kelurahan
Tavanjuka. dan sebagian warga
lainnya memukuli tiang listrik
untuk membangunkan warga sekitar agar sekiranya dapat membantu, hal ini
menimbulkan kegaduhan dan akhirnya terjadilah konsentrasi massa.
Inilah yang menyebabkan bentrok
antar dua kelurahan tersebut, sekitar pukul 05.30 Wita, warga kelurahan Nunu
dan Tavanjuka sudah saling berhadapan, dalam bentrok ini banyak yang korban
berjatuhan diantaranya, warga yang menjadi korban ialah Candra dan Eka (terluka
di pelipis akibat terkena tembakan senapan angin), Alif (terkena panah di
paha), dan Angga (terluka di bagian tangan kanan terkena senapan angin). Mereka
warga Kelurahan Nunu. Seorang polisi juga dilaporkan terkena tembakan senapan
angin di pantat, Adapun warga Tavanjuka yang terluka ialah Aco (terkena senapan
angin di bagian leher) dan Candra (terkena tembakan senapan angin di dahi). Polisi
yang berjaga di lokasi kewalahan menangani bentrokan sehingga perlu tambahan
personel.
Siapa yang tidak kenal dengan
bentrok antarwarga yang satu ini bahkan Wali Kota Palu (Rusdy Mastur) turun
tangan untuk meredam kekacauan ini dengan cara yang unik yaitu dengan membuka
baju ditengah-tengah lokasi bentrok sambil memukul-mukul dada meminta warga
segera pulang ke rumah mereka masing-masing.
Sumber Foto : Blog
Zulrafli Aditya
Begitu tragisnya kejadian
ini sehingga mengakibatkan keresahan masyarakat kota Palu yang selalu dihantui
rasa ketakutan karena bentrok bisa terjadi kapanpun bahkan mungkin disatu kelurahan
pun bisa terjadi bentrok, belum lama ini contohnya, sekitar tanggal 18 Januari
2015 telah terjadi bentrok antarwarga di kelurahan Duyu, kecamatan Ulujadi.
Padahal mereka satu kelurahan.
“Mereka
ini satu kelurahan yakni kelurahan Duyu, hanya beda RW. Isu yang berkembang,
ada perempuan warga Tanggiso dikejar warga Jalan Gawalise. Warga terpancing
hingga terjadi kosentrasi massa. Akhirnya terjadi perkelahian,” kata Basya. (Seperti dikutip
dari kompas.com).
Menurut
Basya bentrok ini sempat mereda, namun kemudian pecah lagi hingga menyebabkan
satu orang tewas terkena peluru organik dari senjata rakitan yang dimiliki
warga.
Bentrok-bentrok
antarwarga yang penulis jelaskan di atas hanyalah sebagian kecil dari kekacauan
antarwarga yang terjadi di kota Palu, tentunya masih banyak lagi kekacauan yang
telah terjadi yang tidak dapat penulis jelaskan satu persatu saking banyaknya
bentrok yang terjadi.
Dalam
hal ini pemerintah seharusnya cepat meminimalisir / mencegah agar tidak terjadi
bentrok antarwarga dilain waktu, mencegah seperti dengan menciptakan generasi
cinta akan kedamaian dengan cara revolusi mental dari prilaku buruk keprilaku
yang lebih baik, dan menanamkan kepada masyarakat bahwa damai itu indah, agar
masyarakat kota Palu tidak lagi resah dan tidak lagi dihantui rasa ketakutan di
tanah sendiri.
Nama : EDI SAPUTRO
Stambuk :
B 501 14 087
Kelas :
B / Ilmu Komunikasi
Jenis
berita : Feature News
Comments
Post a Comment